MATERI BULAN MEI PAI DAN BUDI PEKERTI
KELAS XI
AKUNTANSI 1 DAN 2
PERTEMUAN PERTAMA (1)
A. Islam Masa Modern (1800 – sekarang)
Islam pada
periode ini dikenal dengan era kebangkitan umat Islam. Kebangkitan disebabkan
oleh adanya benturan antara kekuatan Islam dengan kekuatan Eropa. Benturan
menyadarkan umat Islam bahwa sudah cukup jauh tertinggal dengan Eropa. Hal ini
dirasakan sekali oleh Kerajaan Turki Usmani yang langsung menghadapi kekuatan
Eropa yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan
pejuang-pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa. Guna pemulihan kembali
kekuatan Islam, Kerajaan Turki mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan
mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide
pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Benih pembaharuan dunia Islam
sesungguhnya telah muncul sekitar abad XIIIM. ketika dunia Islam mengalami kemunduran
di berbagai bidang. Saat itu pula lahirlah Taqiyudin Ibnu Taimiyah, seorang
muslim yang sangat peduli terhadap nasib umat Islam dengan mendapat dukungan
muridnya Ibnu Qoyyim al Jauziyah (691‒751).
Mereka
ingin mengembalikan pemahaman keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan
pengamalan Rasulullah saw. Gerakan salaf ini kemudian menjadi ciri gerakan
pembaharuan dalam dunia Islam yang mempunyai ciri sebagai berikut.
1. Memberi
ruang dan peluang ijtihad di dalam berbagai kajian keagamaan yang
berkaitan dengan muamalah duniawiyah.
2. Tidak
terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu.
3.
Memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti
kemusyrikan, khurafat, bid’ah, taqlid, dan
tawasul.
4. Kembali
kepada al-Qur’ān dan As-Sunnah
sebagai sumber utama ajaran Islam.
Secara
garis besar isi pemikiran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim antara lain
mengadakan
pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas
takhayul
dan bid’ah yang masuk ke dalam ajaran Islam, menghilangkan paham
Sumber: Kemdikbud
Gambar 10.6 Bangunan masjid dengan berbagai menara
Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti 169
fatalisme yang terdapat di kalangan umat Islam, menghilangkan paham
salah
yang
dibawa oleh tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela
umat Islam
terhadap permainan politik negara Barat.
Selanjutnya,
ide-ide cemerlang Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan yang
lainnya
dilanjutkan oleh tokoh-tokoh muda yang lahir pada abad ke-18. Mereka
meyakini
bahwa umat Islam sudah tertinggal jauh dibandingkan dunia Barat. Umat
Islam
masih berkutat pada hal-hal yang tidak rasional seperti bid’ah, khurāfat, dan
tahayyul.
Satu-satunya jalan umat Islam harus bangkit dari kebodohan itu. Maka,
lahirlah
tokoh-tokoh pembaharu Islam.
B. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa
Modern
Tokoh-tokoh
yang memelopori gerakan pembaharuan dunia Islam, antara
lain:
Muhammad bin Abdul Wahab, Syah Waliyullah, Muhammad Ali Pasya, Al-
Tahtawi,
Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Sayyid Ahmad
Khan,
dan Sultan Mahmud II.
1.
Muhammad bin Abdul Wahab
Di
Arabia timbul suatu aliran Wahabiyah, yang mempunyai pengaruh pada pemikiran
pembaharuan
di abad ke-19. Pencetusnya ialah Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) yang
lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi.
Setelah menyelesaikan pelajarannya di Madinah
ia pergi merantau ke Basrah dan tinggal di kota ini selama empat tahun.
Selanjutnya ia pindah ke Bagdad dan di sini ia menikah dengan seorang wanita
kaya. Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia pindah ke
Kurdistan, selanjutnya ke Hamdan, dan ke Isfahan. Di Kota Isfahan, ia sempat
mempelajari filsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun merantau, ia akhirnya
kembali ke tempat kelahirannya di Nejed.
Pemikiran
yang dicetuskan Muhammad bin Abd Wahab untuk memperbaiki kedudukan umat Islam
timbul bukan sebagai reaksi terhadap suasana politik seperti yang terdapat di
Kerajaan Utsmani dan Kerajaan Mughal, tetapi sebagai reaksi terhadap paham
tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam di waktu itu. Kemurnian paham tauhid mereka telah dirusak
oleh ajaran-ajaran tarekat yang semenjak abad ketiga belas memang tersebar luas
di dunia Islam.
Soal
tauhid memang merupakan ajaran paling dasar dalam Islam. Oleh
karena
itu, tidak mengherankan kalau Muhammad bin Abd Wahhab memusatkan
perhatian
pada soal ini. Ia berpendapat seperti berikut.
a.
Yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah Swt., dan orang yang
menyembah selain Allah Swt. telah menjadi
musyrik dan boleh dibunuh.
b.
Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya
karena mereka meminta pertolongan bukan
lagi dari Allah, tetapi dari syekh
atau wali dari kekuatan gaib. Orang Islam
demikian juga telah menjadi musyrik.
c.
Menyebut nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga
merupakan syirik.
d.
Meminta syafa’at selain dari kepada Allah Swt. adalah juga syirik.
e.
Bernazar kepada selain dari Allah Swt. juga syirik.
f.
Memperoleh pengetahuan selain dari al-Qur’ān,
hadis dan qias (analogi)
merupakan kekufuran.
g.
Tidak percaya kepada qada dan qadar Allah Swt. juga merupakan kekufuran.
h.
Demikian pula menafsirkan al-Qur’ān dengan
ta’w³l (interpretasi bebas)
adalah
kufur.
Pemikiran-pemikiran
Muhammad bin Abd Wahhab yang mempunyai pengaruh
pada
perkembangan pemikiran pembaharuan di abad ke-19 antara lain seperti
berikut.
a.
Hanya al-Qur’ān dan hadislah yang
merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran
Islam. Pendapat ulama tidak merupakan
sumber.
b.
Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c.
Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.
2.
Syah Waliyullah
Syah
Waliyullah dilahirkan di Delhi pada tanggal 21 Februari 1703 M. Ia mendapatkan
pendidikan
dari orang tuanya, Syah Abd Rahim, seorang sufi dan ulama yang memiliki
madrasah. Setelah dewasa, ia kemudian turut mengajar di madrasah itu.
Selanjutnya, ia pergi naik haji dan selama satu tahun di Hejaz ia sempat
belajar pada ulama-ulama yang ada di Mekkahdan Madinah. Ia kembali ke Delhi
pada tahun 1732 dan meneruskan pekerjaannya yang lama sebagai guru. Di samping
itu, ia gemar menulis buku dan banyak meninggalkan karya-karyanya, di antaranya
buku Hujjatullāh Al-Bal³gah dan Fuyun Al-Haramain.
Di
antara penyebab yang membawa kepada kelemahan dan kemunduran umat
Islam
menurut pemikirannya adalah sebagai berikut. Syah Waliyullah
a.
Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan
menjadi sistem kerajaan.
b.
Sistem demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki
absolut.
c.
Perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh berbagai pertentangan
aliran
dalam Islam.
d.
Adat istiadat dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
Di
zaman Syah Waliyullah, penerjemahan al-Qur’ān
ke dalam bahasa asing masih dianggap terlarang. Tetapi, ia melihat bahwa
orang di India membaca al-Qur’ān dengan
tidak mengerti isinya. Pembacaan tanpa pengertian tak besar faedahnya untuk
kehidupan duniawi mereka. Ia melihat perlu al-Qur’ān
diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami orang awam. Bahasa yang
dipilihnya ialah bahasa Persia yang banyak dipakai di kalangan terpelajar Islam
India
di ketika itu. Penerjemahan al-Qur’ān ke
dalam bahasa Persia disempurnakan Syah Waliyullah di tahun 1758. Terjemahan itu
pada mulanya mendapat tantangan, tetapi lambat laun dapat juga diterima oleh
masyarakat. Karena masyarakat telah mau
terjemahan putranya kemudian membuat terjemahan ke dalam bahasa Urdu,
bahasa yang lebih umum dipakai oleh masyarakat Islam India daripada bahasa
Persia.
3.
Muhammad Ali Pasya
Muhammad
Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani pada tahun 1765 M adalah seorang keturunan
Turki dan meninggal di Mesir pada tahun 1849 M. Sebagaimana raja-raja Islam
lainnya, Muhammad Ali juga mementingkan soal yang bersangkutan dengan militer.
Ia yakin
bahwa
kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer.
Di
samping
itu, ia mengerti bahwa di belakang kekuatan militer mesti ada kekuatan ekonomi
yang
sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang militer, dan bidang-bidang yang
bersangkutan
dengan urusan militer. Jadi, ada dua hal yang penting baginya, kemajuan ekonomi
dan kemajuan militer. Kedua hal tersebut menghendaki ilmu-ilmu modern yang
telah dikenal orang di Eropa. Ide dan gagasan Muhammad Ali Pasya yang sangat
inovatif pada zamannya antar lain bahwa, untuk mendirikan sekolah-sekolah
modern dan memasukkan ilmu-ilmu modern dan sains ke dalam kurikulum.
Sekolah-sekolah inilah yang
kemudian
yang dikenal sebagai sekolah modern di Mesir pada khususnya dan
dunia
Islam pada umumnya.
Saat
itu Mesir masih mempunyai sistem pendidikan tradisional, yaitu kuttab,
masjid,
madrasah, dan jami’ al-Azhar. Sementara itu ia melihat jika ia memasukkan
kurikulum
modern ke dalam lembaga pendidikan tradisional tersebut, sangat sulit.
Oleh
karena itulah, ia mengambil jalan alternatif dengan cara mendirikan sekolah
modern
di samping madrasah-madrasah tradisional yang telah ada pada masa itu
masih
tetap berjalan
4.
Al-Tahtawi
Rifa’ah
Baidawi Rafi’ Al-Tahtawi demikian nama lengkapnya. Ia lahir pada tahun 1801M di
Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan dan meninggal di Kairo
pada
tahun 1873 M. Ketika Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir,
harta
orang tua Al-Tahtawi termasuk dalamkekayaan yang dikuasai itu. Ia terpaksa
belajar
di
masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun, ia
pergi ke
Kairo
untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu, ia selesai dari
studinya
di
Al-Azhar pada tahun 1822 M. Beberapa pemikirannya tentang pembaruan
Islam
adalah sebagai berikut.
a.
Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal
hidup di dunia. Umat Islam juga harus
memperhatikan kehidupan dunia.
b.
Kekuasaan raja yang absolut harus dibatasi oleh syariat, raja harus
bermusyawarah dengan ulama dan kaum
intelektual.
c.
Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern.
d.
Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan modern agar
syariat dapat menyesuaikan diri dengan
kebutuhan masyarakat modern.
e.
Pendidikan harus bersifat universal, misalnya wanita harus memperoleh
pendidikan yang sama dengan kaum pria.
Istri harus menjadi teman dalam
kehidupan intelektual dan sosial.
f.
Umat Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.
5.
Jamaludin Al-Afgani
Jamaludin
lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia di Istambul pada tahun
1897. Ketika baru berusia dua puluh dua tahun, ia telah menjadi pembantu bagi
Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasihat
Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian, ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan
menjadi perdana menteri. Dalam pada itu, Inggris mulai mencampuri soal politik
dalam negeri Afghanistan dan dalam Al-Tahtawi (1801-1873)
Sumber: Kemdikbud
Gambar 11.10 Al-Tahtawi
Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti 173
Jamaludin
Al-Afgani
(1839-1897)
Sumber: Kemdikbud
Gambar 11.11 Jamaludin Al-Afgani
pergolakan
yang terjadi Al-Afgani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong
Inggris. Pihak pertama kalah dan Al-Afgani merasa lebih aman meninggalkan tanah
tempat lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869. Beberapa pemikiran Jamaludin
Al-Afgani
tentang
pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Kemunduran umat Islam tidak disebabkan karena Islam tidak sesuai dengan
perkembangan
zaman dan perubahan kondisi. Kemunduran itu
disebabkan oleh berbagai faktor.
b.
Untuk mengembalikan kejayaan pada masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia
modern,
umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang murni dan Islam harus dengan
akal serta kebebasan.
c.
Corak pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan
demokratis.
Kepala negara harus bermusyawarah dengan
pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d.
Tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa
solidaritas
antarumat Islam harus dihidupkan kembali.
Muhammad
Abduh
Muhammad
Abduh dilahirkan di Mesir pada tahun 1849 M. Bapaknya bernama Abduh Hasan
Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya berasal
bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar Ibn
Al-Khattab.
Pada
tahun 1866 M, Muhammad Abduh meneruskan studinya ke Al-Azhar. Sewaktu
masih
belajar di Al-Azhar, Jamaludin Al-Afghani datang ke Mesir dalam perjalanan ke
Istambul. Di sinilah Muhammad Abduh untuk pertama kalinya bertemu dengan
Jamaludin Al-Afghani. Dalam pertemuan itu, Jamaludin Al-Afghani mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai arti beberapa ayat al-Qur’ān. Kemudian, ia berikan tafsirannya. Perjumpaan ini
meninggalkan kesan yang baik dalam diri Muhammad Abduh.
Muhammad
Abduh
Sumber: Kemdikbud
Gambar 11.12 Muhammad Abduh
174
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Ketika
Jamaludin Al-Afghani datang pada tahun 1871 untuk menetap di Mesir, Muhammad
Abduh menjadi muridnya yang paling setia. Ia mulai belajar falsafat di bawah
pimpinan Jamaludin Al-Afghani. Di masa ini, ia telah mulai menulis
karangan-karangan untuk harian Al-Ahram yang
pada waktu itu baru saja didirikan.
Pada
tahun 1877, studinya selesai di Al-Azhar dengan mendapat gelar Alim. Ia mulai mengajar, pertama di Al-Azhar,
kemudian di Dar Al-Ulum dan juga di rumahnya sendiri. Di antara buku-buku yang
diajarkannya ialah buku akhlak karangan Ibn Miskawaih, Mukaddimah Ibn Khaldun,
dan sejarah Kebudayaan Eropa karangan Guizot, yang diterjemahkan Al-Tahtawi ke
dalam bahasa Arab pada tahun 1857. Sewaktu Jamaludin Al-Afghani diusir dari
Mesir pada tahun 1879 karena dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi
Tawfik, Muhammad
Abduh
yang juga dipandang turut campur dalam soal ini, dibuang keluar kota
Kairo.
Tetapi di tahun 1880 ia boleh kembali ke ibu kota dan kemudian diangkat
menjadi
redaktur surat kabar resmi pemerintah Mesir.
Adapun
ide-ide pembaruan Muhammad Abduh yang membawa dampak positif
bagi
pengembangan pemikiran Islam adalah sebagai berikut.
a.
Pembukaan pintu ijtihad. Menurut
Muhammad Abduh, ijtihad merupakan
dasar penting dalam menafsirkan kembali ajaran
Islam.
b.
Penghargaan terhadap akal. Islam adalah ajaran rasional yang sejalan dengan
akal sebab dengan akal, ilmu pengetahuan
akan maju.
c.
Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara
yang bersangkutan.
7.
Rasyid Rida
Rasyid
Rida adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865
di
Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari Kota Tripoli
(Suria).
Menurut
keterangan, ia berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad saw. Oleh
karena
itu, ia memakai gelar Al-Sayyid di depan namanya. Semasa kecil, ia dimasukkan
ke
madrasah tradisional di al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca
al-
Qur’ān. Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di
Madrasah Al-Wataniah Al-
Islamiah
(Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab
diajarkan
pula bahasa Turki dan Perancis, dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama
juga
pengetahuan-pengetahuan modern. Rasyid Rida
Sumber: Kemdikbud
Gambar 11.13 Rasyid Rida
Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti 175
Sekolah
ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam yang
telah
dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di masa itu sekolah-sekolah misi Kristen
telah
mulai bermunculan di Suria dan banyak menarik perhatian orang tua untuk
memasukkan
anak-anak mereka belajar di sana. Dalam usaha menandingi daya
tarik
sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh Husain Al-Jisr mendirikan
Sekolah
Nasional Islam tersebut. Karena mendapat tantangan dari pemerintah
Kerajaan
Utsmani, umur sekolah itu tidak panjang.
Rasyid
Rida meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang
ada
di Tripoli. Tetapi dalam pada itu, hubungan dengan Al-Syaikh Husain Al-
Jisr
berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa
muda.
Selanjutnya, ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani
dan
Muhammad Abduh melalui majallah Al-Urwah
Al-Wusṭa. Ia berniat untuk
menggabungkan
diri dengan Al-Afghani di Istambul, tetapi niat itu tak terwujud.
Sewaktu
Muhammad Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia mendapat
kesempatan
baik untuk berjumpa dan berdialog dengan murid Al-Afghani yang
terdekat
ini. Perjumpaan-pèrjumpaan dan dialognya dengan Muhammad Abduh
meninggalkan
kesan yang baik dalam dirinya. Pemikiran-pemikiran pembaharuan
yang
diperolehnya dari Al- Syaikh Husain Al-Jisr dan yang kemudian diperluas
lagi
dengan ide-ide Al-Afghani dan Muhammad Abduh amat memengaruhi
jiwanya.
Ia
mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan itu ketika masih berada
di
Suria, tetapi usaha-usahanya mendapat tantangan dari pihak Kerajaan Utsmani.
Ia
merasa terikat dan tidak bebas. Oleh karena itu, ia memutuskan pindah ke
Mesir,
dekat dengan Muhammad Abduh. Pada bulan Januari 1898, ia sampai di
negeri
gurunya ini.
Beberapa
bulan kemudian, ia mulài menerbitkan majalah yang termasyhur,
Al-Manār. Di dalam nomor pertama, dijelaskan bahwa
tujuan Al-Manār sama
dengan
tujuan Al-Urwah Al-Wusṭa, antara lain
mengadakan pembaharuan dalam
bidang
agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhyul dan bid’ah-bid’àh yang
masuk
ke dalam tubuh Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat
dalam
kalangan umat Islam, serta paham-paham salah yang dibawa tarekat-tarekat
tasawuf,
meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap
permainan
politik negara-negara Barat.
Majalah
ini banyak menyiarkan ide-ide Muhammad Abduh. Guru
memberikan
ide-ide kepada murid dan kemudian muridlah yang menjelaskan
dan
menyiarkannya kepada umum melalui lembaran-lembaran Al-Manār. Tetapi,
selain
dari ide-ide, Al-Manār juga
mengandung artikel-artikel yang dikarang
Muhammad
Abduh sendiri. Demikian juga tulisan pengarang-pengarang lain.
Beberapa
pemikiran Rasyid Rida tentang pembaruan Islam adalah sebagai
berikut.
a.
Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b.
Umat Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum Jabariyah.
176 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
c.
Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan
prinsip umum.
d.
Umat Islam menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e.
Kemunduran umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan khurafat
yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f.
Kebahagiaan dunia dan akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan
Allah Swt.
g.
Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h.
Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang
agama dan politik.
i.
Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam
menerapkan prinsip hukum Islam sesuai
dengan tuntutan zaman.
Sayyid Ahmad Khan
Setelah
hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai akibat dari
Pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad
Khan
untuk memimpin umat Islam India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri
dan maju kembali sebagai di masa lampau. Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan
menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad
melalui
Fatimah dan Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di zaman
Alamghir
II
(1754‒1759). Ia mendapat didikan tradisional
dalam
pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia
orang
yang
rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Sewaktu
berusia 18 tahun, ia masuk bekerja pada Serikat India Timur.
Kemudian,
ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi, pada tahun 1846, ia pulang kembali ke
Delhi
untuk meneruskan studi.
Di masa
Pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan
dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris
menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya,
tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima. Hubungannya
dengan pihakInggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat
Islam India.
Sayyid
Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India dapat
diwujudkan hanya dengan bekeija sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan
penguasa yang terkuat di India dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa
kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan
akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.
Sayyid Ahmad Khan
Sumber: Kemdikbud
Gambar 11.14 Sayyid Ahmad Khan
Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti 177
Pemikiran
Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai
berikut.
a.
Kemunduran umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara
menguasai sains dan teknologi.
b. Ia
berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan
sunatullah yang tidak berubah. Gabungan kemampuan
akal, kebebasan manusia berkehendak dan
berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern.
c. Sumber
ajaran Islam hanyalah al-Qur’ān dan hadis.
d. Ia
menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
e. Ia
berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari
keterbelakangan adalah pendidikan.
9. Sultan Mahmud II
Pembaharuan
di Kerajaan Utsmani abad ke- 19, sama halnya dengan pembaharuan di Mesir,
juga
dipelopori oleh Raja. Kalau di Mesir Muhammad Ali Pasyalah raja yang memelopori
pembaharuan, di Kerajaan Utsmani, raja yang menjadi pelopor pembaharuan adalah
Sultan Mahmud II. Mahmud lahir pada tahun 1785 dan mempunyai didikan
tradisional, antara lain pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah
dan sastra Arab, Turki dan Persia. Ia diangkat menjadi Sultan pada tahun 1807
dan meninggal pada tahun 1839. Di bagian pertama dari masa kesultanannya, ia
disibukkan oleh peperangan dengan Rusia
dan usaha
menundukkan daerah-daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi besar. Peperangan
dengan Rusia selesai pada tahun 1812 dan kekuasaan otonomi daerah akhirnya
dapat ia perkecil kecuali kekuasaan Muhammad Ali Pasya di Mesir dan satu daerah
otonomi lain di Eropa. Setelah kekuasaannya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan
Utsmani bertambah kuat, Sultan Mahmud II melihat bahwa telah tiba masanya untuk
memulai usaha-usaha pembaharuan yang telah lama ada dalam pemikirannya.
Sebagaimana
sultan-sultan
lain, hal pertama yang menarik perhatiannya ialah pembaharuan di bidang
militer. Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam,
yaitu sebagai berikut.
a.
Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
b.
Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c.
Memasukkan kurikulum umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan
madrasah.
d.
Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif yang mempersiapkan tenaga-tenaga
administrasi, dan Maktebi Ulum’i edebiyet yang
mempersiapkan tenagatenaga ahli penerjemah.
e.
Mendirikan sekolah kedokteran, militer dan teknik.
10. Muhammad Iqbal
Muhammad
Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di.Punjab dan lahir di Sialkot
pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia
kemudian
pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A.
Di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang Orientalis, yang
menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris.
Pada tahun 1905, ia pergi ke negara ini dan masuk ke Universitas Cambridge
untuk mempelajari falsafat. Dua tahun kemudian, ia pindah ke Munich di Jerman,
dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph.D. dalam tasawuf. Tesis doktoral yang
diajukannya berjudul: The Development of Metaphysics in Persia
(Perkembangan
Metafisika di Persia).
Pada
tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai
pengacara, ia menjadi dosen falsafat. Bukunya The Reconstruction of Retigious Thought in Islam adalah hasil
ceramah-ceramah yang diberikannya di beberapa universitas di India. Kemudian,
ia memasuki bidang politik dan pada tahun 1930, ia dipilih menjadi Presiden
Liga Muslimin. Di dalam perundingan
Meja
Bundar di London, ia turut dua kali mengambil bahagian. Ia juga
menghadiriKonferensi Islam yang diadakan di Yerusalem. Pada tahun 1933, ia
diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Dalam
usia
62 tahun,
ia meninggal di tahun 1938. Berbeda dengan pembaharu-pembaharu lain, Muhammad
Iqbal adalah penyair
dan
filosof. Tetapi, pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam
mempunyai pengaruh pada gerakan pembaruan dalam Islam. Pemikiran Muhammad Iqbal
tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad
tetap terbuka.
b. Umat
Islam perlu mengembangkan sikap dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong umat
Islam untuk bergerak dan jangan tinggal
diam. Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti 179
c.
Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dan kejumudan dalam berpikir.
d. Hukum
Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.
e. Umat
Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
f.
Perhatian umat Islam terhadap zuhud menyebabkan kurangnya perhatian terhadap
masalah-masalah keduniaan dan sosial
kemasyarakatan.